Toilet oh Toilet....

Sejak jaman saya ke kota dari kampung. satu hal yang terus terusan mengganggu saya sampai sekarang adalah TOILET.

Pertama kali kenal Toilet Duduk itu waktu ke Makassar buat kuliah, tahun 2004.



Secara saya kan anak kampung dari timur Indonesia. di Ambon (tempat beta dibesarkan) dan di Buton (tempat saya lahir), saya hanya tau tempat - tempat ini buat e'e:
  • Di kebon
  • Di laut (pinggir pantai)
  • Kadang juga di pinggir sungai, dan 
  • Di ruangan (WC) --> itupun kalau ada

Di semua tempat itu gaya saya sama. JONGKOK.

SAYA GAK PERNAH e'e DUDUK selama masih di kampung halaman.... dulu...

Naaaaaaah, semua berubah ketika negara api menyerang dan saya ke Makassar.

Saya kenal toilet duduk sebelumnya hanya dari di tipi tipi doang. artis artis dan pemain pelem kadangkala mempertontonkan 'keren dan modern'nya e'e duduk.

Berkat tontonan di tipi waktu di kampung dulu, sukurlah saya berhasil beradaptasi ketika pertama kali 'terpaksa' harus pake toilet duduk di salah satu mall di kota itu. saya meniru kelakuan para artis di tipi tipi ituh ketika menggunakan toilet duduk.

Saya maaaassssiiihhh saja terus merasa keren ketika menggunakan Toilet Duduk, rasa rasanya menggunakan toilet duduk adalah salah satu pertanda bahwa saya maju, modern, berkelas, dan pintar, persis seperti para bule bule barat itu. bangga dong... bangga...

Saya masih tetap saja bangga sampai beberapa minggu terakhir ini bersama toilet duduk. Sampai akhirnya, saya merasa ada yang hilang di antara kami. Saya bosan, dia menuntut terlalu banyak. Awalnya saya pikir, kami sama sama saling membutuhkan, ada cinta, ada rasa, ada... ah, sudahlah....

Kebersamaan kami ternyata membawa petaka.  (igh, saya mulai hilang fokus)

Saya kangen e'e Jongkok. Sudah 6 bulan saya tidak jongkok ketika e'e.
Bukan hanya karena kangen saja sama jongkok, tetapi karena saya dan posisi duduk rasa rasanya sudah tidak cocok lagi.
(yassalaaaaam. fokus woe, fokus)..

Dan karena ini semua, akhirnya dengan mantapnya saya memutuskan untuk mulai jongkok bahkan di toilet duduk. okehfain, silahkan sebut saya sesat, pengkhianat, atau apapun sebutannya sesuka hati kalian.


Saya merasa hilang arah dan kendali ketika harus terus terusan secara berkesinambungan e'e duduk. Hati saya menangis dengan sendirinya, jiwa saya berontak secara alami.

Maka tidak salah kan jika kemudian saya mengikuti kata hati saya? memilih yang terbukti, bukan janji. hallah... 
Untuk apa mempertahankan hubungan yang sudah retak?? (ini ngomongin toilet atau masa lalu yak??)

Maka saya akhir akhir ini mulai intens e'e jongkok.

Tetapi saya tetap menghargai mereka yang e'e duduk. setelah saya jongkok di kloset duduk, saya bersihkan jejak kaki saya dengan sepenuh jiwa hati dan raga, agar pengguna setelah saya tetap merasa hygiene dengan posisi duduk pilihannya. saya semprot dengan pengharum dan pembunuh bakteri yang selalu ada di setiap toilet di kota ini. saya lap dengan tisu sampai sekinclong kinclongnya ketika saya sudah jongkok di toilet duduk.

Saya menghargai perbedaan dengan benar. kan kan kan??

Dan sebagaimana Ibrahim mengagungkan bintang sebagai Tuhan tetapi kemudian sadar bahwa bintang bukan jawabannya, saya pun menemukan bahwa posisi jongkok adalah jiwa saya.





Pencerahan itu kemudian juga saya temukan di sini:

Toilet Jongkok Vs Toilet Duduk

http://id.wikipedia.org/wiki/Kloset_jongkok

Tetapi bukan karena pencerahan ini saya kembali jongkok, Jongkok adalah pilihan jiwa saya, kata hati kecil saya, dan menjadi jalan hidup saya sekarang. Ibarat setelah cerai, saya menemukan soulmate di lelaki kedua, entah akan bertahan sampai kapan, tidak ada yang tahu. okehfain, perumpamaannya ngassal.

Dengan ini saya mendeklarasikan posisi jongkok sebagai gaya hidup yang sesuai jiwa saya. itu saja. titik.





Postingan Populer