Mayat dan....
Lalu Selvaraj angguk angguk kalem di depan si nyai.
Nyai garuk garuk jenggot yang gak ada. Jenggot si nyai
maksud saya, bukan jenggotnya Selvaraj.
Ngomong ngomong tentang Selvaraj dan si Nyai, Ramos juga
punya peran penting dalam hal ini.
Tetapi Ramos tidak berjenggot.
Sambil liat mayat yang habis ditabrak si Nyai waktu nyetir, Nyai
masih terus garuk garuk jenggot. Padahal sudah dibilangin dia gak punya
jenggot.
Selvaraj bingung, Ramos apalagi.
Ramos bukan anak bawang, tetapi bau kayak bawang, Barangkali
itu yang bikin si Nyai gak konsen waktu nyetir sampe nabrak dan menelan korban.
‘kita kubur saja di sana’ sambil nunjuk padang pasir yang
kosong di sepanjang pesisir jalan beraspal lintas propinsi itu. Usul Ramos
‘pasir tidak bisa dipake buat nguburin mayat. Ini pasir
timur tengah, bukan pasir Indonesia atau Filipina’ Selvaraj masih bisa berpikir
jernih rupanya
‘sudah, kita lempar saja mayatnya ke pinggir jalan. Gak akan
ada yang peduli’ Nyai sudah tak sabar ingin pergi dari situ.
‘baunya akan bikin orang orang peduli’ Selvaraj lagi.
‘Saya tidak peduli kalau orang orang peduli’ Nyai tidak lagi
menggaruk jenggot.
----
Nyai baru satu tahun di timur tengah. Demi sesuap dua suap
dan tiga kantong berlian serta empat tahun kontrak kerja untuk rencana
persiapan dana sampai tutup usia nanti.
Selvaraj dan Ramos adalah teman yang bertandang ke timur
tengah menyusul si Nyai atas nama cinta dan persahabatan kata mereka. Klise.
Baru kemarin Selvaraj dan Ramos tiba di timur tengah dari Negara
masing masing, India dan Filipina, tetapi ah sudahlah, kebangsaan bukan lagi
isu penting sekarang. Masing masing orang mempertanggungjawabkan sikapnya,
bukan kebangsaannya.
Si Nyai asal Indonesia. Punya latar belakang kehidupan yang
terlalu berliku, beda dengan Selvaraj. Kehidupannya tidak sepelik namanya.
Ramos? Selalu ada saat dibutuhkan. Hanya itu saja.
Tidak usah ditanya dari mana mereka dapat duit untuk
kehidupan sederhana mereka berpindah dari satu Negara ke Negara lain selayaknya
makan kacang goreng. Dan mereka bertiga alergi kacang goreng. Jadi sebenarnya
tidak semudah itu.
Kembali ke mayat yang tergeletak di antara Selvaraj, Nyai,
Ramos dan Mobil. Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk menguburkan mayat
tersebut di pepadang pasir nun tak jauh di dekat jalan beraspal itu. Tak akan
berbau.
Itu hanya mayat ular mini yang kebetulan menyeberang
terlindas ban mobil yang dikendarai si Nyai. Hanya itu saja. Apapun kesan cerita
ini, setidaknya kita sekarang mengenal Selvaraj dan Ramos. Juga si Nyai. Salam kenal
juga dari saya.. J