Abu Dhabi entah hari ke berapa

secantik cantiknya kota ini dirasa, tetapi tetap saja ada yang hilang. bukan karena ini bukan tempat asal saya. rasa rasanya karena di kota ini, saya susah mendapati warga lokal.

hampir sebulan di sini,  di sepanjang penemuan dan pengamatan saya, lebih banyak pekerja non pribumi. usut punya usut, ternyata warga lokalnya memilih membangun villa dan rumah mewah di pinggir kota kemudian apartemen dan gedung mewahnya di tengah kota disewakan ke pekerja seperti saya, kami.
maka tak heran, jika kemudian akhirnya kota ini tampak seperti kota semut. semua gedung bertingkat di tengah kota adalah kawasan para pekerja, kemudian pejantan dan ratunya memiliki tempat khusus di tepian sana.

akses transportasi dan pengaturannya barangkali cukup baik. pendatang tidak dimanjakan, tetapi juga tidak merasa menderita. hanya saja dari beberapa teman berbeda kewarganegaraan (entah  itu filipin, india, pakistan, bangladesh, dll) mereka menyadari bahwa posisi kita sebagai pekerja diarahkan sedemikian rupa agar tidak sampai pada level manajerial dalam pemerintahan maupun swasta. maka kurang lebib banyak lebihnya kita memang hanya akan mentok di posisi supporting engineer atau staff. kota ini butuh banyak engineer dan staff. dan hal seperti itu yang terlalu kentara membuat pekerja pendatang sering tau diri.

 saya percaya pada kesehatan pendatang di kota ini, karena mereka yang diizinkan kerja di sini adalah mereka yang telah dinyatakan tidak mengidap penyakit menular apapun. :D
itu penting.

Postingan Populer