The Hunger Games; Mockingjay 2
Katnis di film ini tidak mengecewakan. Alur film ini juga begitu
mengalir.
Maksud saya, mengalir dalam artian, sama seperti kejadian di kehidupan
nyata kita juga. Seringkali kita tidak harus marah ketika seseorang yang kita
percayai tiba tiba menunjukkan tingkah mengkhianati kita. Ketika kita sadar ada
orang orang yang bermain main dengan kehidupan kita, berarti kita telah berada
dalam permainan itu.
Ingat kejadian waktu Peeta yang jelas jelas adalah seseorang yang sudah
tidak sama lagi seperti dulu. Yang sudah dicuci otaknya dan dari awalnya sangat
mencintai Katnis tetiba ingin membunuh Katnis.
Katnis memang ‘nakal’ mungkin dan sulit menerima perintah, tetapi tetap
saja Katnis adalah seseorang yang dengan moralnya sendiri membuat pemerintah
tiran Snow, setelah bertahun tahun, akhirnya berani ditentang.
Okeh, kembali ke Katnis dan dikhianati, Katnis memang ‘nakal’ ketika
begitu saja meninggalkan camp dan maju ke garis depan pemberontakan ke distrik
2.
Tetapi, seharusnya Katnis dilindungi. Dan memang itu yang seolah olah mereka
lakukan, faktanya, mereka melindungi untuk membunuh Katnis.
Saya tau Katnis mulai tau ada permainan yang lebih dari sekedar
propaganda saja ketika Peeta tetiba muncul dan bersama sama Katnis berada di
garis depan.
Mereka tau Katnis akan terbunuh oleh Peeta, karena yang akan dilakukan
Katnis adalah melindungi Peeta mati matian. Di sini jelas Katnis terkhianati.
Tetapi, Katnis mengikuti permainan mereka.
Yang menarik dari film ini juga adalah bahwa Katnis tidak perlu berkata
kata banyak, Katnis sejak Hunger Games pertama sampai sekarang adalah sosok ‘angkuh’
yang tujuan hidupnya tampaknya adalah melindungi orang orang di sekitarnya.
Namun kemudian, Katnis sadar, bahwa, Perang, Perang yang sudah mereka
hadapi bertahun tahun di bawah Tiran Snow, adalah bukan hanya perangnya saja.
Perang itu adalah perang banyak orang yang merasa tertindas. Perang ada karena
masih ada orang orang yang merasa tertindas.
Dan tidak semua orang yang ingin kita selamatkan bisa kita selamatkan
dalam Perang.
Saya senang melihat adegan ketika Katnis dalam misi hendak membunuh
Snow, melihat banyak anak anak yang menjadi korban, wanita, tentara, semua yang
menjadi korban, Katnis hendak menolong mereka, tetapi tidak dengan cara bermain
peran sok pahlawan mengorbankan nyawa untuk mereka saat itu juga, di tengah
tengah medan perang, karena hanya dia yang punya misi dan berani hendak
membunuh Snow dengan tangannya sendiri. Maka dia harus hidup, dengan begitu,
Katnis hidup untuk masa depan yang lebih baik bagi banyak orang.
Ketika dia mati saat itu, maka semuanya, semua pengorbanan sejak Hunger
Games pertama, akan menjadi sia sia. Terutama, semua orang orang yang sudah
berkorban, nyawa mereka akan sangat sia sia. Maka Katnis sadar, dia harus
hidup.
Sebenarnya juga, ketika nonton film ini, selalu terbayang kilasan
kilasan perang yang pernah dipertontonkan kepada saya ketika kuliah dulu bahkan
sampai sekarang. Kilasan perang yang sedang benar benar terjadi di dunia kita
sekarang. Perang di timur tengah sana.
Jika saja, mereka, di sana, yang merasa telah melakukan hal benar
dengan melempar diri sendiri dari Negara aman ke Negara konflik di sana, atas
nama semangat Jihadisme. Saya bingung dengan apa yang mereka lakukan. Padahal mereka
tidak sedang terteror, mereka hanya menyeburkan diri ke perang yang bukan
perang mereka. Perang yang mereka sendiri sebenarnya tidak memahaminya.
Perang hanyalah antara orang orang tertindas terhadap orang yang
menindas.
Yang dilakukan orang luar (seperti kita) terhadap perang yang tidak
kita pahami adalah seharusnya menyelamatkan orang orang yang bisa kita
selamatkan.
Saya pribadi lebih memilih itu. Menyelamatkan yang bisa diselamatkan.
Eksekusi, membunuh, dendam, atau memaafkan adalah hak mereka yang
diperangi. Bukan kita, yang tidak paham perasaan mereka. Yang kita pahami
tentang perasaan kita sendiri adalah, kita tidak ingin hidup berperang, juga
kita ingin menyelamatkan korban korban perang. Kita tidak ingin dunia yang
menindas dan penuh perang.
Oh ya, dan tak terlupa juga roman dari film ini, ketika akhirnya jelas
siapa yang dipilih oleh Katnis. Peeta.
Saya teringat dengan kisah yang sama, saya lupa kisah artis siapa, yang
akhirnya harus dioperasi otak, dan hidup dengan memori yang blur tentang istri dan
anaknya. Istrinya kemudian meninggalkannya. Itu yang terjadi di dunia nyata.
Seperti Peeta yang juga demikian, yang memorinya seringkali terbentur,
tercampur, gara gara sudah dicuci otak, saya sudah membayangkan akan susah
baginya untuk hidup bersama Katnis kelak.
Tetapi endingnya, mereka berdua bisa melewati itu. Mereka bahkan punya
dua anak.
Lalu tentang pesan Eellf ke Katnis ketika Katnis sudah berhasil
membunuh Presiden Baru, Coin, perempuan yang juga tidak beda jahatnya dengan
Snow, bahwa: ‘Katnis, berjanjilah padaku, bahwa kau akan hidup sebagaimana
seorang pemenang hidup’
Dan, tampaknya film ini menunjukkan bahwa hidup sebagai seorang
pemenang yang merdeka atas hidupnya adalah hidup dengan lelaki yang dicintai,
dan berbahagia.
Karena bahagia adalah cara hidup pemenang.
Personal Note:
Saya terharu melihat bagaimana Katnis yang memang merasa dicintai,
mendapatkan cintanya tidak dengan cara bermanja atau making drama, tetapi
karena berkorban terlalu banyak dan tidak mengingat hal besar yang sudah dia
lakukan sebagai pengorbanan.
Saya jadi merasa malu sendiri ketika mengingat pernah ‘making drama’ di
depan lelaki yang saya suka hanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Pantas saja saya masih terus terusan jomblo saja.
Bahkan, bodohnya, sebenarnya saya sependapat dengan Min Ki, yang kami
memang sama sama skeptic dalam hal berurusan dengan hal percintaan, tetapi saya
paham dengan apa yang dipercayainya, bahwa, benar, cinta sejati itu ada.