Comment On Book: Da Vinci Code by Dan Brown

Ternyata Buku Da Vinci Code ini adalah teori konspirasi tentang Yesus yang memiliki istri juga keturunan.


Pantas saja pihak gereja marah luar biasa ketika buku Dan Brown ini menjadi best seller dan kemudian difilmkan.

Saya sudah menonton filmnya, tetapi entah mengapa informasi dan inti tentang buku ini malah hilang. Semua menjadi lebih jelas ketika membaca bukunya.

Berlatar di Prancis dan London, kisah Dan Brown kali ini, seperti biasa, adalah tentang petualangan tidak disengaja seorang professor ahli simbol, Robert Langdon.

Sebenarnya setelah membaca 3 buku Dan Brown, gaya menulis pengarang ini sudah mulai mudah ditebak.

Petualangan tidak disengaja, melibatkan perempuan cantik, teori konspirasi bertebaran, orang terdekat adalah tokoh antagonisnya, dan yang paling khas dari gaya menulis Dan Brown adalah..... alur cerita yang menipu.

Dan Brown mengarahkan kita membenci, mencurigai pihak Antagonis di awal cerita, tetapi kemudian membuat kita merasa bersalah karena telah menyimpulkan di awal, karena di akhir cerita, ternyata tokoh yang kita lindungi dan melindungi (Robert Langdon) adalah tokoh antagonis sebenarnya.

oh kemudian tentang isi buku ini sendiri. Bagaimanapun, saya juga senang dengan kebijaksanaan yang coba dimunculkan Dan Brown ke tokoh tokoh dalam bukunya, terutama Robert Langdon dan Sir Lebington.

Sir Lebington adalah seorang pengagum kebenaran dan karena obsesinya terhadap kebenaran Holy Grail (Cawan Suci) itu, Lebington kemudian menjadi seorang yang sadis dan kejam.

Tidak semua orang adalah pengagum kebenaran yang sebenarnya, saya setuju. Bahkan sebenarnya, kebanyakan dari kita adalah pengagum warisan. Nilai nilai leluhur yang ditanamkan/diwariskan oleh leluhur/pendahulu ke kepala kita sejak kita masih kecil adalah nilai nilai yang kita anggap adalah kebenaran.

Pada level pengagum kebenaran seperti Sir Lebington, juga level kekayaan yang dimilikinya, yaa tampak sah sah saja apa yang dilakukan oleh Sir itu.




Luar biasa cara mereka (orang orang, kolektor, atau siapapun lah mereka itu) mengotak atik lukisan lukisan legendaris, membubuhkan cerita cerita (yang menurut saya bahkan seperti cerita sinetron yang dimodernisasi) untuk mengangkat harga lukisan itu menjadi lebih tinggi lagi. Padahal bisa saja, pelukisnya pada masa itu, Leonardo Da Vinci, sebenarnya hanya ingin sedang melukis saja, dan melukislah dia....

Bahkan kalau diizinkan mengemukakan pengamatan saya terhadap lukisan The Last Supper di atas, saya melihat dua perempuan dan seorang lelaki muda berjubah biru, karena mereka bertiga tidak memiliki janggut.

Hal menarik tentang pandangan Dan Brown tentang agama di buku bukunya adalah bahwa ironi memang ketika agama mengajarkan kedamaian (SEMUA AGAMA) tetapi agama pulalah yang menjadi alasan perang perang besar dalam sejarah.Maka setiap sejarah agama tidak pernah luput dari peperangan, bahkan kekuatan agama agama berkuasa yang ada sekarang adalah karena didukung oleh perang yang luar biasa hebat gejolaknya di masa lalu.

Bahkan perang perang yang masih berlanjut sampai sekarang adalah juga katanya karena kepentingan keyakinan/agama, orang orang tidak peduli dengan cerita kepentingan bisnis,  minyak dunia, harta, sebagai alasan utama di balik perang perang dulu dan sekarang.

Sebenarnya tidak sebenarnya benar ketika dikatakan bahwa buku Da Vinci Code oleh Dan Brown ini kemudian membuat keimanan kristiani seseorang menjadi rapuh. Apapun kebenaran yang coba diungkap oleh siapapun, termasuk oleh Dan Brow, yaaa Iman adalah yang membuat hatimu tenang dan otakmu terpuaskan/tidak mempertanyakan/tidak berani mempertanyakan apapun lagi. sudah, itu saja.

Yaaa bagaimanapun juga, jika memang kenyataannya Yesus memiliki keturunan, keturunannya tidak mungkin mampu dituhankan, sama seperti ketika mengangkat Megawati menjadi presiden RI hanya karena dia anak dari Soekarno (presiden RI yang pertama), benar benar adalah kesalahan harapan rakyat Indonesia di masa itu. Belum lama ini.

Postingan Populer